Jurnalistik Alam Bebas

Jurnalistik alam bebas belum begitu berkembang di Indonesia. Ini ditandai dengan kurangnya media yang membahas dunia alam bebas dengan terinci. Baru kira-kira awal tahun 90-an atau akhir tahun 80-an. Dimana saat itu banyak klub pecinta alam yang merasa perlu hadirnya media tulis untuk mengabarkan kegiatan alam bebas. Maka saat itu muncullah berbagai media/majalah yang berbau kegiatan alam bebas.
Tujuan Jurnalistik alam bebas untuk menuliskan kegiatan alam bebas secara jujur dan forum diskusi sesama anggota atau sebagai media komunikasi antar anggota. Menyadari kekuatan yang ada dibalik kegiatan jurnalistik ini, dan diharapkan jurnalistik alam bebas ini dapat berkembang secara berkesinambungan dan menjadi bibit untuk pembentukan media jurnalistik alam bebas secara permanen.Banyak aspek yang terkait dengan dunia jurnalistik alam bebas seperti teknik meliput berita, cara menulis laporan, desain media cetak, sirkulasi dan lainnya. Tapi pada kesempatan II akan dijelaskan hanya pada teknik meliput berita dan cara menulis laporan.
Pada diktat ini akan dicoba menerangkan mengenai klasifikasi tulisan kegiatan alam bebas, kaidah penulisan, kaidah penulisan berita/reportase. Essay/feature dan laporan perjalanan serta tip praktis tentang menulis itu sendiri.
Pada umumnya tulisan kegiatan alam bebas sama dengan jenis tulisan yang lain. Yang membedakan hanyalah isi tulisannya. Jenis tulisan jurnalistik alam bebas dapat dibagi menjadi 3 garais besar, yaitu :
•    Berita / reportase
•    Feature / essay
•    Laporan perjalanan
Pembagian ini tentu saja bukan hal yang mutlak karena sangat susah memilah-milah jenis tulisan yang belakangan menjadi tidak mempunyai ciri yang pasti.
Berita / Reportase
Ciri utama jenis tulisan ini adalah fakta, karena memang berisi tulisan tentang suatu kejadian yang lengkap. Maksudnya, bila seorang terlibat dalam sebuah kejadian maka apa yang ia ketahui kebanyakan dilihat dari sudut pandang diri sendiri. Dengan kata lain ia tidak mengetahui kejadian secara proporsional, karena berita yang ia baca telah dilengkapi baik dari segi narasumber, latar belakanga maupun data. Sehingga pengetauan akan suatu kejadian atau peristiwa tersebut menjadi lebih lengkap.
Tentang pentingnya kelengkapan fakta atau sumber lain ada contoh klasik, yaitu legenda gunung tangkuban perahu. Gunung ini katanya berasal dari perahu yang dibalikkan oleh Sangkuriang, bisa jadi cerita ini dikarang oleh penduduk Bandung tempo dulu, karena gunung itu hanya akan terlihat seperti perahu yang terbalik jika dilihat dari bandung setelah gunung itu meletus, sebelumnya berbentuk kerucut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa secara iseng, pengarang cerita asal usul gunung tersebut tidak melakukan observasi yang menyeluruh sebelum memuat ceritanya.

Ada beberapa point yang harus diperhatikan dalam membuat tulisan yaitu :
1. kadar berita
ada jenis berita yang sifatnya harian, mingguan atau bulanan. Masing-masing berita ini memiliki ciri tersendiri. Berita harian biasanya akan basi jika dibaca keesokan harinya, Karena berita yang ada selalu diperbaharui. Unsur yang menonjol adalah kesegaran dalam menyampaikan berita sehingga mungkin analisa yang ada kurang dalam. Berita mingguan merupakan berita harian yang sudah diperdalam sehingga isinya kaya akan analisis dan lengkap. Berita bulanan dapat disebut sebagai berita abadi karena berisi berita yang bersifat universal. Beberapa jenis ini hampir tidak mengenal kata basi karena dapat dinikmati kapan pun. Yang banyak menggunakan format ini adalah majalah hobi, profesi, dan hal-hal khusus. Jurnalistik alam bebas tampaknya cocok dengan format bulanan.
2. mendapatkan berita
mendapatkan berita yang berdasarkan fakta membutuhkan ketrampilan tersendiri. Karena itu sebelum memulai berburu berita haruslah diperiksa segala sesuatunya. Seperti buku catatan, alat tulis, tape recorder, dan tak kalah penting adalah kartu identitas yang menunjukkan sikap bertanggung jawab pencari berita. Ada beberap teknik mencari berita, yaitu :

  • wawancara dengan pelaku atau orang yang berkepentingan dan ahli dalam masalah tersebut. Hal yan dapat dilakukan dengan cegat langsung ataupun melalui janji terlebih dahulu.
  • observasi dan investigasi adalah cara mancari fakta yang dilakukan seperti permainan detektif. Ini biasa dilakukan karena sumber berita yang ada tidak mau buka mulut. Bisa saja pencari berita berpurapura dan menyamar untuk mendapat kasak-kusuk mencari berita.
  • Riset kepustakaan, sanagt diperlukan untuk menambah wawasa agar tulisan menjadi tajam. Hal ini juga harus dilakuakn sebelum wawancara, agar pencari berita tidak tampak kurang pergaulan di hadapan sumber berita karena memang tidak mungkin bagi sumber berita untuk menceritakan semua istilah yang dipakainya secara khusus.

3. menulis laporan
setelah sumber diwawancarai dan data-data dikumpulkan, pekerjaan akhir adalah menulisnya. Tulisan dalam laporan ini akan menunjukkan pemahamnan penulis terhadap suatu masalah. Karena pada tulisan inilah logika dan persepsi dipaparkan.
Umumnya senuah laporan berita harus memenuhi beberaepa criteria seperti : pendeskripsian masalah denga baik, laporan harus dapat menjawab 5 W dan 1 H (what, when, who, where, whay dan how), jangan lupa pada akurasi terutama jika laporan menunjuka pada angka (umur, ketinggian , jumlah dan lain-lain) kemudian lakukan check dan recheck. Demikian juga sudut pandang harus jelas dan konsisten. Secara umum seorang penulis berita dituntut untuk mampu menggambarkan sebuah berita secara makro, cermat, detil dan padat dalam penulisan laporannya.
Feature / Essay
Pada dasarnya feature adalah berita juga, hanya ia merupakan gaya penulisan yang khas, menyentuh, pemakain bahasa yang elastis dengan pendekatan interest, menggunakan naluri. Tulisan feature biasanya ditemui lebih mendalam. Karena dilatar belakangi dengan pencarian berita yang lengkap.
Feature biasanya juga disebut sebagai sebuah gaya menulis dengan menganggap bahwa feature adalah cara atau taktik untuk menyampaikan informasi kepada pembaca maka kita akan memperoleh banyak keuntungan. Karena feature yang seperti ini akan memiliki berbagai kemungkinan yakni bisa bernilai berita, memiliki informasi yang kaya dan lebih enak dibaca.
Dengan memahami bahwa feature adalah gaya penilisan, selanjutnya akan memudahkan kita untuk menghasilkan feature sebagai sebuah produk. Artinya laporan yang berbentuk feature yang nilai beritanya tidak ada tetapi sangat berharga karena memiliki informasi yang berguna bagi orang banyak. Yang harus dilakukan adalah mulai menulisnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1.Tulisan harus dilandasi dengan niat baik untuk berkomunikasi dengan permbaca. Jika kemudian penulis menggunakan istilah-istilah asing yang rumit, ia sebaiknya mengakui dirinya termasuk golongan orang-orang minder.
2. Sebelum memulai menulis sebaiknya penulis mengetahui benar tentang masalah yang akan ditulisnya, jangan kemudian menulis tentang asyiknya panjat tebing, istilah runner saja diartikan sebagai pelari. Pemahaman tentang masalah yang akan ditulis dapat diperoleh dari riset kepustakaan atau bertanya kepada orang yang ahli.
3. Memilih angle (sudut poandang) dan lead (unsure pemikat). Dari masalah yang akan ditulis, tidak perlu seluruh informasi yang ada ditulis semuanya karena pembaca justru akan pusing karena tidak pernah bisa mengerti apa yang ingin kita sampaikan. Mungkin hanya 50 % saja yang akan diterjemahkan menjadi tulisan dan disampaikan kepada pembaca. Untuk mewnyelamatkan diri dari kekonyolan tersebut ada baiknya dipilih angle dari tulisan. Seperti seorang fotografer, penulis pun perlu memiliki kepandaian mengatur sudut pandang atas suatu masalah. Angle akan membuat penulis konsisten dengan niat awal bahwa ingin berkomunikasi dengan baik. Angle diterapkan melalui outline atau kerangka tulisan yang membuat tulisan menjadi runtut baik secara isi maupun logika. Sedangkan lead, unsur pemikat akan membuat pembaca akan tersirap lalu masuk ke dalam cerita atau tulisan. Untuk menentukan lead ini perlu kepekaan dan kecerdasan prima.




Sumber : DIKTAT Mapala GMS

1 komentar:

Next Prev