Teknik Pemanjatan

Pada dasarnya merupakan cara menempatkan tubuh sedemikian rupa sehingga cukup stabil, memberikan peluang bergerak, dan bertahan lama.
Teknik-teknik pemanjatan ada beberapa macam, antara lain :1. Face climbing, yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih ada tonjolan atau rongga yang memadai untuk pijakan kaki dan pegangan tangan.
2. Friction / slab climbing, teknik yang mengandalkan gaya gesek sebagai gaya penumpu yang biasa dilakukan pada tebing yang tidak terlalu vertikal.
3. Fissure climbing, teknik yang memanfaatkan celah batuan dengan mempergunakan anggota badan sebagai pasak. Teknik-teknik yang dikenal adalah :
  • Jamming, untuk celah yang tidak terlalu lebar, jari-jari tangan dan kaki dapat kita masukkan atau kita selipkan pada celah tersebut.
  • Chimneying, teknik memanjat pada celah vertikal yang cukup lebar sehingga badan dapat masuk diantaranya dan punggung di salah stu sisi tebing, kaki menempel pada sisi tebing depan dan belakang, kedua tangan demikian pula. Bersamaan kedua tangan dan kaki mendorong ke atas dan menahan berat badan.
  • Bridging, teknik pemanjatan pada celah vertikal yang lebih lebar dengan posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu tangan yang berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
  • Lay back, teknik memanjat pada celah vertikal, jari tangan mengait pada tepi celah dengan punggung miring sedemikian rupa menempatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kebelakang kemudan bergerak naik silih berganti.
  • Hand traverse, teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping. Hal ini dilakukan bila tempat pegangan yang ideal sangat minim dan pemanjatan vertikal sudah tidak memungkinkan lagi.
  • Mantelselv, teknik memanjat tonjolan-tonjolan keras (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi namun dapat diandalkan untuk tempat berdiri dan kedua tangan dipergunakan untuk menarik berat badan dibantu dengan pergerakan kaki.
 
Klasifikasi Panjat Tebing
1. Free Climbing
Teknik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung mempengaruhi geakan pemanjat, yang sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Pemanjat naik secara bergiliran leader (membuat jalur) dan belayer (pengaman).
2. Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi pendaki menghadapi segala resiko seorang diri yang dalam pergerakannya tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukan hal ini seorang pemanjat harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk pergerakan yang akan dilakukan pada rute yang akan dilaluinya. Bahkan kadang-kadang harus dihafalkan dahulu segala gerakan baik tumpuan atau pegangan, sehingga hal ini biasanya dilakukan pada rute yang pernah dilalui.
3. Artifical Climbing
Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, karena sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai misalnya ada medan yang blank. Biasanya pendakian ini dilakukan secara berkelompok dengan pembagian tugas yang jelas antara leader dan belayer.

Sistem Pemanjatan
Ada dua macam sistem pemanjatan, yaitu :
1. Himalayan Style
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan. Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim.
2. Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan-pegnungan Eropa dan memakan waktu yang lebih pendek. Tujuannya semua pendaki harus mencapai puncak dan baru dianggap berhasil.

Teknik turun/ Rappeling
Prinsip rappeling adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2. Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
3.Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan turun.

Macam-macam dan variasi teknik rappeling adalah sbb :
  • Body rappel, menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan.
  • Brakebar rappel, menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender.
  • Sling rappel, menggunakan sling, carabiner dan tali dengan jenis simpul Italian hitch. Cara ini paling banyak digunakan.
  • Arm rappel / Hesti, menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam. Dalam rappeling usahakan posisi badan harus tegak lurus pada tebing dan jangan terlalu cepat turun.

Sebelum mulai turun sebaiknya dilakukan :
1. Periksa dulu Anchor nya.
2. Pastikan tidak ada simpul pada sepanjang tali yang akan dgunakan.
3. Sebelum sampai ketepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan tali sampai ke bawah.
4. Pastikan pakaian tidak tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.

Climbing Call (Aba-aba pemanjatan)
•    climbing when you.re ready (belayer kepada leader bahwa belayer telah siap).
•    Climbing (leader kepada belayer bahwa pemanjatan telah dimulai).
•    OK (jawaban belayer).
•    Take in (leader kepada belayer, tali terlalu kendur minta dikencangkan).
•    Slack (leader kepada belayer, tali terlalu kencang minta dikendurkan).
•    Rock (leader kepada belayer, peringatan ada batu jatuh).
•    Fall (leader kepada belayer, leader akan jatuh).

Prosedur Pemanjatan
Tahapan-tahapan suatu pemanjatan hendaknya dimulai dengan langkah-langkah sbb :
1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2. Menyelipkan perlengkapan yang diperlukan
3. - Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil dan tidak mengganggu pergerakan.
- Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat serta mengamankan leader bila terjatuh.
4. Bila belayer dan eader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pemanjatan.
5. Bila leader telah sampai pada satu pitch (tali habis), ia harus memasang anchor.
6. Leader yang sudah memasag anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.



Sumber : DIKTAT Mapala GMS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Next Prev