Rigging (Bagian 1)

Rigging atau teknik pemasangan lintasan pada Gua Vertical. harus memenuhi standar dibawah ini:
1. Aman.
2. Bisa dilewati semua anggota tim.
3. Tidak merusak Peralatan.
4. Siap digunakan untuk keadaan emergenci atau lintasan rescue.

Selain itu pemasangan lintasan juga harus memenuhi syarat atau aturan aturan khusus, seperti:
1. Hindarkan tali friksi dengan batu dan jauhkan dari lintasan air.
2. Mempunyai dua Anchor pada mulut gua yaitu Main Anchor dan Back Up Anchor.
3. Tempatkan titik anchor dimana tali bisa bergantung bebas.
4. Gunakan Deviasi, Intermedit atau Rope Protection untuk menghindarkan friksi tali.
5. Jangan melempar tali langsung kebawah tetapi masukkanlah kedalam Rope Bag dan digantung pada pemasang lintasan karena akan menyebabkan tali kusut dan tersangkut atau pemasang lintasan akan berat menarik tali ketika akan memasang Descender.
6. Apabila diperlukan gunakan Absorbing Knot atau Simpul Peredam Kejut antara main Anchor dengan Back Up Anchor dengan membuat simpul kupu-kupu, gunanya apabila Main Anchor terlepas absorbing knot akan meredam beban kejut sehingga akan mengurangi sentakan yang akan diterima oleh Back Up Anchor.
7. Berhati hatilah menggunakan natural anchor seperti stalagmite atau batuan yang tidak terlalu menyatu dengan dinding gua karena akan gampang pecah.
8. Pasang dua back up anchor apabila yang satu terlalu jauh dari main anchor. Ini bertujuan untuk menghindarkan caver berayun terlalu jauh ketika akan Rappelling.
9. Buatlah Y anchor untuk menambah kekuatan anchor. Perhatikanlah sudutnya, maksimalnya 120° dan idealnya 90°.
10. Perhatikanlah kemana arahnya tali apabila Main Anchor terlepas. Ketika beban tali berpindah ke Back Up Anchor , tali tidak mengalami friksi pada batu tajam yang dapat memotong tali.
11. Buatlah deviasi dan intermediate yang standar. Pemasangan deviasi yang terlalu jauh akan berakibat ketika melewatinya setelah melepas carabiner, akan sulit memasangnya kembali. Untuk melewati intermediate dibutuhkan panjang loop atau pendulum maksimal 2 meter.
12. Pastikan posisi anchor mudah diakses agar supaya caver dapat mudah memasang Cowstail pada Carabiner Anchor.

ANCHOR
Ada banyak jenis anchor yang dapat digunakan, baik itu yang tersedia di alam atau didalam gua maupun yang sifatnya artificial. Memilih anchor atau memasang anchor haruslah hati hati, pilihlah anchor yang kuat terutama untuk natural anchor dengan pemasangan yang benar.

Perhatikanlah arah tarikan tali yang tepat dan pembebanan anchor yang benar. Untuk anchor
yang tidak begitu meyakinkan kekuatannya, terutama ornament gua lobang tembus yang tipis
sebaiknya digunakan untuk deviasi saja. Dibawah ini beberapa jenis anchor yaitu :
Natural Anchor (Tambatan Alam)

1. Pohon. Yang harus diperhatikan untuk anchor ini adalah jenis pohon , tempat tumbuh, posisi tumbuh maupun kondisi dari pohon tersebut. Pohon yang tumbuh diatas batu gamping biasanya cukup kuat karena akarnya masuk kedalam atau menembus batuan. Besar kecil pohonnya juga harus diperhatikan.

2. Boulder (Bongkahan Batu). ini juga bisa digunakan sebagai anchor, asalkan ukurannya besar dan tidak akan bergeser apabila dibebani. Posisi boulder yang menumpuk biasanya lebih kuat karena boulder yang satu dengan yang lainnya saling menahan.


3. Lubang Tembus. Lubang tembus bisa terdapat pada dinding, lantai maupun atap goa. Bentuknya bisa horizontal atau vertical. Sebelum menggunakannya kita harus memeriksa kekerasan batuan, ketebalan dan keutuhan batuannya.

4. Flake (Lapisan Batuan). Anchor ini biasanya kita temukan pada dinding gua, yaitu berupa lapisan batuan yang menonjol kesamping.

5. Rekahan, celah yang terbentuk dari pengikisan lapisan (horizontal) maupun crek (vertikal). Untuk jenis ini kita menggunakan pengamana sisip maupun paku tebing . bentuk celah , jenis celah , lebar celah arah penyepitan celah kondisi , permukaan bidang yang akan digunakan dan arah tarikan yang diinginkan harus diperhitungkan.

6. Chock Stone, batu yang terjepit pada celah sehingga berfungsi seperti pengaman sisip, atau biasa disebut chock. Sebelum digunakan terlebih dahulu periksa celah dan batu yang terjepit. Untuk celah harus diperhatikan pada bentuk celah, jenis celah, lebar celah, arah penyempitan celah dan kondisi permukaan bidang (bidang friksi, kekerasan pelapis). Untuk batu yang terjepit periksa jenis dan keadaan dari bentuk dan posisi terjepitnya. Setelah itu kita tentukan arah tarikan yang akan dibuat lalu perhatikan posisi peletakan webbing pengikatnya.

7. Tanduk (Horn), jenis ini berupa pinggira dinding yang menonjol hasil dari air. Bentuk tonjolan harus selalu diperhatikan untuk menentukan tarikan dan teknik pemasangan webbingnya.


8. Ornament, biasanya hanya digunakan untuk mendapat beban horisontal (Deviasi), karena ornament ini hanya menempel pada lantai tumbuhnya. Jenis anchor ini jarang digunakan karena praktis merusak pertumbuhannya.

Artificial Anchor (Anchor buatan)
pada pembuatan lintasan apabila sudah mendapatkan atau menemukan natural anchor yang layak digunakan maka satu-satunya cara adalah menggunakan anchor buatan, antara lain:

1. Nut (Pengaman Sisip). Alat ini biasa juga disebut dengan pengaman sisip. Ada banyak jenis alat ini dan juga dibedakan dengan beberapa ukuran. Untuk kegiatan caving sebaiknya digunakan yang ukuran besar dan harus digunakan dengan benar.

2. Piton (Paku Tebing)., untuk memasang piton haruslah ada rekahan pada dinding baik yang horizontal maupun yang vertical.


Berdasarkan posisi dan urutan penerimaan beban maka anchor dibagi atas :
a. Main Anchor, anchor utama, yaitu anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat lintasan digunakan
b. Back-Up, berfungsi sebagai cadangan jika main anchor terlepas atau jebol, jumlah anchor ini bisa lebih dari satu, dan nilai kekuatannya harus lebih besar dari main anchor.
Penempatan posisi Back-Up harus tetap memperhatikan keamanan tali dari friksi dan kerusakan lainnya ketika main anchor jebol.


Bersambung... Rigging (Bagian 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Next Prev